Minggu, 13 April 2014

Narsisme

Beberapa orang lebih suka memutar-balikkan fakta, mengarahkan citra subjektif yang harusnya terlihat irasional, menjadi cerita yang seolah objektif untuk membuat skema kenyataan baru (baca; semu) dan merepresentasi secara "kreatif" kenyataan tersebut ke hadapan publik.
Dalam proses rumit ini, yang pastinya harus dibungkam adalah suara-suara dari pelaku sejarah yang senyatanya memahami kondisi objektif dari kacamatanya yang terpencar-pencar. Dalam aplikasi kemudian, hal ini memaksa pihak yang berkepentingan untuk objektif dan mengumpulkan data terlebih dahulu sebelum ikut dalam penengahan kronologis; ikut terlibat dan melakukan pemutusan dan penilaian.
Dalam hal kekinian, sosial media merupakan wahana yg direkayasa secara subjektif oleh pemilik identitas demi menunjukkan sisi tertentu berhadapan dengan publik. Orang yang ingin terlihat alim kemudian mengemukakan kealimannya di depan publik. Sebaliknya seseorang yang ingin terlihat jantan dan garang; seperti bintang rock misalnya, akan menunjukkan sisi tersebut untuk mencitrakan dirinya tersebut kepada publik.
Bentuk pencitraan pribadi ini adalah perayaan terhadap narsisme pribadi menjadi "seolah alim" atau bahkan "seolah rock-star". Keseolahan ini lah yang kemudian menjadi pelayanan ego-sentrisme berhadapan dengan publik. Padahal pribadi sebenarnya akan lebih dikenal dengan pendekatan pribadi dengan kurun waktu pengenalan yang cukup panjang.

Dewasa ini,metode ini lebih sering ditemui pada mayoritas pengguna jejaring sosial

Kamis, 10 April 2014

LDR dan Masalahnya

Apa perbedaan sebuah hubungan jarak dekat dan jarak jauh?
Setidaknya walaupun tipis, jarak jauh seringkali diasumsikan penuh resiko. Secara empiris dan mengambil testimoni kebanyakan hubungan beberapa teman, pada hubungan jarak jauh rentan untuk memicu timbulnya perselingkuhan. Walaupun pada hubungan jarak dekat-pun hal serupa bisa saja terjadi, namun ada semacam common-phobia jika sebuah hubungan berlangsung dengan jarak membentang maka kesetiaan akan lebih sering diuji-coba.
Ketidakberadaan pasangan memicu momok kesepian yang ujungnya memunculkan keinginan untuk ditemani. Sebuah kesempatan jelas saja terbuka lebar untuk melakukan pengkhianatan terhadap kesepakatan kesetiaan yang sebelumnya telah dibuat. Belum lagi tingkat kecurigaan yang meningkat naik dan kepercayaan pada pasangan yang menurun drastis. Semua kondisi ini menjadi variabel yang memicu perselingkuhan lebih sering terjadi.
Secara teori Long Distance Relationship bahkan mampu secara efektif merontokkan hubungan yang cenderung daily dan routine, namun berpengaruh kecil pada pasangan yang intensitas pertemuannya memang tidak sering ataupun pada pasangan yang memang sejak awal membangun hubungan telah menyadari adanya hambatan jarak ruang dan waktu.
Apapun permasalahannya; solusinya tetap adalah kekuatan kepercayaan terhadap pasangan oleh kedua belah pihak, karena akan menjadi nihil hubungan dapat bertahan jika kesaling-percayaan antara pasangan sudah sangat rendah